Menikmati Nuansa Tradisional Korea di Bukchon Hanok Village

Mari melipir sejenak dari hiruk-pikuk mall dan K-Pop, ke sebuah desa yang klasik,  tapi masih di tengah kota.


Seoul tak sepenuhnya megapolitan yang modern dan gemerlap. Bahkan di pusat kotanya, kita masih bisa menemukan suasana tradisional Korea dan bergaya ala pangeran dan putri raja era Dinasti Joseon, yakni di Bukchon Hanok Village.

Bukchon alias ‘Desa Utara’ ini terletak di antara Istana Gyeongbokgung dan Istana Changdeokgung yang masih di pusat kota Seoul. Ciri khas desa ini, semua rumahnya bergaya tradisional Korea zaman dulu, yang disebut hanok. Rumah-rumah hanok ini dicirikan dengan dinding, pintu, dan jendelanya dari kayu, serta atap gentengnya yang melengkung, mirip rumah-rumah tradisional Cina. Total ada sekitar 900 hanok di sini.

Sebagian besar hanok ini berderet saling menempel, di gang-gang yang cukup sempit. Tembok batu bata dan batu kali menjadi pagarnya, sekaligus menjadi pondasi terutama bagi hanok yang berada di kontur tanah yang menurun. Sebagian hanok lainnya berupa rumah-rumah mewah dan besar, dengan halaman depan yang luas dan masih dilengkapi taman atau halaman dalam untuk bersantai keluarga.

Di era Dinasti Joseon (1392-1897 M), desa ini merupakan kompleks kediaman kerabat raja serta rumah-rumah pembesar dan pegawai istana. Hanok-hanok yang masih ada sampai sekarang ini umumnya merupakan bangunan dari abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Sebagian besar merupakan rumah tinggal yang masih dihuni, dan sebagian kecil telah diubah menjadi kafe, restoran, penginapan, galeri seni, hingga workshop kerajinan tradisional Korea.

Karena banyaknya jumlah hanok ini, ditambah gang-gangnya yang seperti labirin, kita perlu banyak waktu kalau ingin menjelajahi semuanya. Tapi kalau cuma punya waktu yang singkat, berikut ini beberapa keunikan dan aktivitas yang bisa kunjungi atau ikuti saat ke Bukchon:

1. Ikut Tur Menjelajah Bukchon
Kita bisa ikut walking tour menjelajahi Bukchon dan masuk ke beberapa hanok yang unik, dipandu relawan dari Pemda Kota Seoul. Syaratnya, sekurangnya tiga hari sebelumnya kita mengirimkan permintaan ke sini. 

Kalau ingin jalan sendiri, kita bisa menyewa gadget panduan mengeksplor Bukchon di Bukchon Tourist Information Center. Kalau tidak sempat juga, mengunduh dan membaca buklet Discovery Bukchon akan sangat berguna, agar kita punya gambaran apa saja yang dimiliki desa ini.

 

2. Berfoto-foto Mengenakan Hanbok
Nuansa klasik dan tradisional Korea pasti akan matching jika kita berfoto-foto mengenakan hanbok, pakaian tradisional Korea. Hanbok untuk wanita terdiri dari chima (rok) dan jeogori (baju atasan), sedangkan hanbok pria berupa baji (celana), jeogori (baju atasan), dan gat (topi). 

Tempat utama untuk belajar berbagai hal tentang handok adalah di Lee Sojeong Hanbok Workshop (4 Gyedong 6-gil). Kita juga bisa menyewa hanbok di Hanboknam (16 Bukchon-ro 5-gil), atau Widaehan Hanbok (9-2 Bukchon-ro 5ga-gil). Biaya sewanya antara 20.000-40.000 won per hari. Rental hanbok ini tak hanya menyewakan tapi juga membantu mengenakan hanbok dengan benar.


3. Menikmati Menu Klasik Korea
Di Bukchon cukup banyak hanok yang difungsikan sebagai kafe atau restoran. Selain menawarkan suasana yang relaks dan pemandangan kota, resto dan kafe ini menawarkan menu-menu tradisional Korea yang otentik. Misalnya saja Resto Sosim (6-1 Bukchon-ro 5-gil), menyajikan menu klasik bulgogi dan bibimbap. Resto Jaha Son Mandu (46 Bukchon-ro 5-gil) menyajikan aneka mandu -pangsit khas Korea- baik versi kukus maupun goreng. Resto Tteuran (25 Bukchon-ro 5-gil) menyajikan tteok alias kue ketan khas Korea, dan berbagai dessert manis lainnya. Kalau ingin santai sambil menyesap teh tradisional Korea, Café Bora di 16 Bukchon-ro 5ga-gil bisa dicoba.


4. Membuat Kaligrafi, Keramik, Menyeduh Teh…
Kalau suka dengan aktivitas bernuansa budaya tradisional, Bukchon ini tempatnya. Suyeon Sanbang (24 Bukchon-ro 5ga-gil) menawarkan kursus singkat cara menyeduh dan menikmati teh tradisional dan teh herbal Korea, bertempat di sebuah hanok. Seoul Calligraphy Art Museum (22 Bukchon-ro 7-gil) memberikan workshop kaligrafi korea. Sedangkan Sool Gallery (9 Bukchon-ro 5 ga-gil) menawarkan kelas seni keramik korea, dengan para instruktur yang berpengalaman.


5. Mengunjungi Galeri Seni, Workshop, dan Museum Unik 
Beberapa pemilik hanok besar yang umumnya cukup ‘berada’, mengubah hanok mereka menjadi galeri seni atau museum untuk menyimpan benda-benda koleksi pribadi. Chung Won San Bang (27 Bukchon-ro 6-gil) misalnya, adalah workshop pembuatan pintu-pintu dan jendela hanok. Mereka membuka workshopnya untuk masyarakat dan turis yang ingin belajar. Mereka memajang juga ratusan alat pertukangan yang dipakai, dan mengadakan demo pertukangan dua kali dalam sebulan. 

Lee’s House (102 Gyedong-gil) memberikan workshop tentang budaya dan etiket keluarga, sembari menikmati kuliner-kuliner klasik Korea. Museum Han Sangsoo Embroidery Workshop (29-1 Bukchon-ro 12-gil) menampilkan koleksi kain-kain sulaman, mulai dari yang dipakai keluarga raja hingga masyarakat umum. 

Korean traditional style hanok door wood frame pattern


6. Menginap di Hanok 
Jika punya waktu lebih lama di Seoul, menginap di hanok itu patut dicoba. Atmosfer lingkungannya yang klasik dan nyaman, terlebih saat musim gugur dan para wanita serta pria berjalan-jalan dengan mengenakan hanbok, rasanya bakal betah berlama-lama tinggal di Bukchon. Kalau masih bingung memilih guesthouse yang mana, ke Hanok Homestay Information Center (20-27 Bukchon-ro) adalah pilihan terbaik.

Beberapa guesthouse hanok yang bisa dicoba misalnya Urijip – Our Home (33-13 Gyedong-gil), yang masih menggunakan pawon untuk memasak, serta mempunyai taman tengah yang masih alami. 
Jika ingin yang lebih luxurius, bisa menginap di RakKoJae Seoul (318 Samcheong-ro). Ini sebuah hanok yang telah direstorasi sehingga menjadi sangat cantik, dengan tamannya yang luas dan teduh, serta pelayanan kelas satu.



 

Copyrights © 2022 Obaja Tour. All Rights Reserved